Seorang lelaki terlihat sangat frustasi ketika berjalan pulang dari kantornya. Pasalnya hari itu ia habis dimarahi bosnya karena kinerjanya yang menurun. Lelaki itu pikir sebenarnya ia sudah cukup rajin tapi ketatnya persaingan dalam mengejar karir dan penghidupan membuatnya harus bekerja lebih dan lebih keras lagi agar tak tersingkir. Pada akhirnya ia terjebak dalam sebuah sistem yang mengharuskan ia bekerja tanpa henti jika ia tak ingin makannya terhenti. Sedih kan?
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Cerpen - Michael's Book of Gift
Senin, 25 Januari 2016
Namaku Arif dan aku seorang anak SMA yang banyak keinginan. Aku ingin naik jet coaster. Aku ingin menjadi yang paling favorit di kelas. Aku ingin punya tabletku sendiri. Aku ingin punya laboratoriumku sendiri. Dan aku ingin membuat Yara (seorang gadis yang kutaksir) terkesan.
Cerpen - Dialog Tukang Tanya
Rabu, 20 Januari 2016
Aku sedang duduk sendiri bersila di atas sajadah dalam kamarku. Waktu itu matahari belum terbit. Dzikirku sudah jauh membumbung tinggi, berkas-berkas cahaya terlihat jelas walau mataku terpejam. Terdengar suara-suara dzikir malaikat langit, aku rasa aku telah berada di alam yang sangat tenang dan syahdu.
Subuh ini aku datang lagi pada Zat tempat aku mengadu, menyembah dan meminta pertolongan. Dia Maha Mengetahui. Jadi aku mendekatkan diri pada-Nya dan terus bertanya. Pagi ini ada pertanyaan menarik yang ingin kutanyakan.
Cerpen - Najib Pilih Mati
Minggu, 03 Januari 2016
“Sore semakin mendung saja, maghrib satu jam lagi,” pikirnya, “kenapa Sinta belum pulang juga ya?” Kekhawatiran tak henti-hentinya memunculkan pertanyaan di pikiran Najib.Sibuk dia bolak-balik di lantai menunggu putri tunggalnya pulang sekolah. Pasalnya malam itu Najib dan keluarga kecilnya akan pergi merayakan ulang tahun anaknya di restoran mahal.
Cerpen - Ada Tapi Tidak Dimana-Mana
Rabu, 19 November 2014
Namaku Ada.
Itu bukan nama yang diberikan orang tuaku. Itu hanya nama yang kugunakan untuk menyebut diriku sendiri. Aku tidak hidup di alam yang sama dengan kalian yang mengetahui cerita tentangku. Aku tidak hidup di tempat kaki bisa berpijak dan langit bisa ditunjuk seperti kalian. Aku tidak hidup di alam dengan gravitasi yang membuat kalian bisa membedakan atas dan bawah, depan dan belakang, serta kanan dan kiri. Ya, mungkin aku hidup di sebuah ruang hampa udara di suatu tempat di luar angkasa.
Itu bukan nama yang diberikan orang tuaku. Itu hanya nama yang kugunakan untuk menyebut diriku sendiri. Aku tidak hidup di alam yang sama dengan kalian yang mengetahui cerita tentangku. Aku tidak hidup di tempat kaki bisa berpijak dan langit bisa ditunjuk seperti kalian. Aku tidak hidup di alam dengan gravitasi yang membuat kalian bisa membedakan atas dan bawah, depan dan belakang, serta kanan dan kiri. Ya, mungkin aku hidup di sebuah ruang hampa udara di suatu tempat di luar angkasa.
Cerpen - Melihat Masa Depan (2)
Kamis, 12 Juni 2014
cerpen ini sambungan dari Melihat Masa Depan (part 1)
DUA TAHUN BERLALU
Sebuah berita di televisi mengejutkanku. Bukan karena beritanya tapi seseorang yang diberitakan. Itu Diana! Diana masuk TV. Dia menghadiri sebuah pameran busana besar di Tiongkok dan duduk bersama beberapa perancang busana terkenal dunia. Bagaimana dia bisa ada di situ ya?
Langganan:
Postingan (Atom)