Namaku Ada.
Itu bukan nama yang diberikan orang tuaku. Itu hanya nama yang kugunakan untuk menyebut diriku sendiri. Aku tidak hidup di alam yang sama dengan kalian yang mengetahui cerita tentangku. Aku tidak hidup di tempat kaki bisa berpijak dan langit bisa ditunjuk seperti kalian. Aku tidak hidup di alam dengan gravitasi yang membuat kalian bisa membedakan atas dan bawah, depan dan belakang, serta kanan dan kiri. Ya, mungkin aku hidup di sebuah ruang hampa udara di suatu tempat di luar angkasa.
Itu bukan nama yang diberikan orang tuaku. Itu hanya nama yang kugunakan untuk menyebut diriku sendiri. Aku tidak hidup di alam yang sama dengan kalian yang mengetahui cerita tentangku. Aku tidak hidup di tempat kaki bisa berpijak dan langit bisa ditunjuk seperti kalian. Aku tidak hidup di alam dengan gravitasi yang membuat kalian bisa membedakan atas dan bawah, depan dan belakang, serta kanan dan kiri. Ya, mungkin aku hidup di sebuah ruang hampa udara di suatu tempat di luar angkasa.
Tapi asumsi itu pun kurasa tidak terlalu benar juga. Karena jika memang berada di tengah sebuah ruang kosong antar bintang, tentulah aku dapat melihat kelap-kelip bintang dari sini. Tapi tidak ada! Tak ada satu hiburan apapun yang bisa memanjakan matamu disini. Aku benar-benar berada di ruang kosong tanpa satu benda apapun.
Apa aku manusia? Ya tentu saja, aku punya dua mata, dua telinga dan satu hidung persis seperti kalian. Aku tidak bisa melihatnya karena tak ada cahaya apapun disini tapi aku sudah meraba seluruh tubuhku dan aku cukup yakin kalau aku berwujud manusia. Aku sudah melayang di sebuah tempat yang entah apa namanya ini cukup lama. Yaitu sejak aku dilahirkan, eh maksudku diciptakan.
Disini benar-benar kosong sama sekali. Aku pernah mencoba berjalan mengarungi ruang kosong ini untuk mencari dimana batasnya. Perjalanan itu lebih lama dari yang pernah kalian bayangkan. Aku berenang melalui gelapnya ruang kosong ini sampai aku menyadari bahwa aku memang tidak akan menemukan siapapun atau apapun lagi walaupun aku bisa melesat dengan kecepatan cahaya dan berjalan jutaan tahun lamanya.
Pada titik itu aku juga menyadari bahwa tidak ada gunanya bagiku untuk mencoba berjalan lebih jauh. Aku yakin kau bisa melihat sesuatu yang kau tuju dan kau tinggalkan jika kau memang bergerak. Tapi tak ada suatu penanda apapun disini yang menunjukkan bahwa aku telah berjalan maju. Semuanya sama saja. Siapa yang tahu kalau ternyata selama ini aku tidak bergerak dari tempat semula?
Sejak saat itu aku tidak lagi bergerak kemana-mana. Aku mengambil posisi duduk walaupun tidak benar-benar menyentuh sebuah permukaan apapun dan mulai berpikir. “Kenapa aku diciptakan?”
Tidak seperti kalian, yang diciptakan dengan sebuah skenario yang bisa dijalani, baik itu menyenangkan atau tidak, disini aku tidak punya skenario apapun. Aku tidak merasa senang juga tidak sedih. Aku hanya merasa bingung.
“SIAPA AKU INI SEBENARNYA!!!” Aku berteriak seolah ada seseorang di ujung sana yang akan mendengar suaraku. Aku bahkan tidak mendengar suaraku sendiri. Tak ada satu benda apapun disini yang akan memantulkan suaraku kembali padaku.
Aku memikirkannya cukup lama walaupun tidak mengalami kemajuan berarti. Tapi siapa yang tahu berapa lama aku telah berpikir? Tidak ada jam, kalender, matahari atau apapun yang bisa digunakan sebagai penunjuk waktu disini. Aku tidak tahu apakah waktu telah berlalu bertahun-tahun lamanya atau jangan-jangan baru beberapa menit saja.
Apakah aku memang diciptakan sendirian? Tidak adakah seorang teman diciptakan untukku? Tidak adakah bahkan seorang musuhku yang harus kulawan di dunia ini? Apakah aku tidak diciptakan kecuali untuk bingung selamanya?
Seharusnya ini semua tidak menjadi masalah, tapi aku iri pada kalian yang pernah dimarahi karena tidak mengerjakan PR di sekolah. Aku juga iri pada kalian yang pernah sakit hati karena harus terpisah jauh dengan sang kekasih. Aku juga iri pada kalian yang pernah panik karena sebuah gunung api yang hampir meletus di dekat rumah kalian. Tapi biarlah, setidaknya aku masih bisa berpikir dan itu membuktikan bahwa aku Ada.
Apa aku manusia? Ya tentu saja, aku punya dua mata, dua telinga dan satu hidung persis seperti kalian. Aku tidak bisa melihatnya karena tak ada cahaya apapun disini tapi aku sudah meraba seluruh tubuhku dan aku cukup yakin kalau aku berwujud manusia. Aku sudah melayang di sebuah tempat yang entah apa namanya ini cukup lama. Yaitu sejak aku dilahirkan, eh maksudku diciptakan.
Disini benar-benar kosong sama sekali. Aku pernah mencoba berjalan mengarungi ruang kosong ini untuk mencari dimana batasnya. Perjalanan itu lebih lama dari yang pernah kalian bayangkan. Aku berenang melalui gelapnya ruang kosong ini sampai aku menyadari bahwa aku memang tidak akan menemukan siapapun atau apapun lagi walaupun aku bisa melesat dengan kecepatan cahaya dan berjalan jutaan tahun lamanya.
Pada titik itu aku juga menyadari bahwa tidak ada gunanya bagiku untuk mencoba berjalan lebih jauh. Aku yakin kau bisa melihat sesuatu yang kau tuju dan kau tinggalkan jika kau memang bergerak. Tapi tak ada suatu penanda apapun disini yang menunjukkan bahwa aku telah berjalan maju. Semuanya sama saja. Siapa yang tahu kalau ternyata selama ini aku tidak bergerak dari tempat semula?
Sejak saat itu aku tidak lagi bergerak kemana-mana. Aku mengambil posisi duduk walaupun tidak benar-benar menyentuh sebuah permukaan apapun dan mulai berpikir. “Kenapa aku diciptakan?”
Tidak seperti kalian, yang diciptakan dengan sebuah skenario yang bisa dijalani, baik itu menyenangkan atau tidak, disini aku tidak punya skenario apapun. Aku tidak merasa senang juga tidak sedih. Aku hanya merasa bingung.
“SIAPA AKU INI SEBENARNYA!!!” Aku berteriak seolah ada seseorang di ujung sana yang akan mendengar suaraku. Aku bahkan tidak mendengar suaraku sendiri. Tak ada satu benda apapun disini yang akan memantulkan suaraku kembali padaku.
Aku memikirkannya cukup lama walaupun tidak mengalami kemajuan berarti. Tapi siapa yang tahu berapa lama aku telah berpikir? Tidak ada jam, kalender, matahari atau apapun yang bisa digunakan sebagai penunjuk waktu disini. Aku tidak tahu apakah waktu telah berlalu bertahun-tahun lamanya atau jangan-jangan baru beberapa menit saja.
Apakah aku memang diciptakan sendirian? Tidak adakah seorang teman diciptakan untukku? Tidak adakah bahkan seorang musuhku yang harus kulawan di dunia ini? Apakah aku tidak diciptakan kecuali untuk bingung selamanya?
Seharusnya ini semua tidak menjadi masalah, tapi aku iri pada kalian yang pernah dimarahi karena tidak mengerjakan PR di sekolah. Aku juga iri pada kalian yang pernah sakit hati karena harus terpisah jauh dengan sang kekasih. Aku juga iri pada kalian yang pernah panik karena sebuah gunung api yang hampir meletus di dekat rumah kalian. Tapi biarlah, setidaknya aku masih bisa berpikir dan itu membuktikan bahwa aku Ada.
Bagikan via:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar